STOP LEMPAR BAYI KE UDARA: Barisiko Cedera Saraf Hingga Pendarahan Otak

0 Kommentare
"Anak jangan dilempar-lempar gitu. Otaknya bisa kopyor, loh." Peringatan seperti itu sering dilontarkan kakek atau nenek yang melihat cucunya dilempar-lempar ke udara. Meski terdengar aneh, istilah "otak kopyor" ternyata bukan tanpa dasar.
Bayi yang imut sering merangsang kita untuk menyentuh, nundang, atau mengajaknya bercanda. Tak jarang pula, reaksi si bayi saat dikudang malah membuat gemas. Kalau sudah begitu, kadang-kadang sadar kita mengajaknya bercanda hingga berlebihan. Misalnya, melempar-lempar bayi ke udara atau mengayun-ayunkan si kecil dengan kencang.
Padahal, perlakuan begitu berisiko membuat bayi mengalami shaken baby syndrome (SBS). Bayi bisa cedera atau terluka akibat guncangan hebat. "Sindrom ini sering diderita bayi berusia di bawah setahun," kata dr Hartoyo SpA.
Gejala SBS antara lain, bayi jadi gelisah, muntah, wajahnya pucat, sulit bernapas, kejang, tak sadarkan diri, lebih banyak tidur, dan mendadak pendiam padahal sebelumnya aktif bergerak. Dampak SBS lanjut, juga berbahaya. Bayi bisa mengalami pendarahan di otak. Kondisi itu ditandai gejala kejang dan tak sadarkan diri. "Bila tak segera dibawa ke RS, bayi bisa meninggal," kata dokter spesialis anak RS Spesialis Husada Utama, Surabaya, tersebut.
Dmapak lainnya, ada bayi yang mengalami pendarahan di mata, juga memar dan retak di tulang rusuk. Dalam kondisi gawat, bayi bisa mengalami cedera pada saraf pusat tulang belakang. "Bila saraf pusat terganggu, pasien bisa lumpuh atau menderita cerebral palsy (CP)," ungkap Hartoyo.
Alumnus FK Unair itu menjelaskan beberapa penyebab SBS. Salah satunya, anatomi otot dan tulang leher bayi berusia 0-3 bulan masih lemah. Ia belum cukup kukuh untuk menyangga tubuh bayi yang cukup berat.
Penyebab lain, pertumbuhan otak belum optimal sehingga masih tersisa rongga di kepala. Bila bayi sering dilempar ke udara, bisa terjadi perubahan posisi otak. "Dampaknya, jaringan otak jadi bengkak dan pembuluh darahnya robek. Itu penyebab terjadinya pendarahan di otak," jelasnya.
Faktor lain, bayi mengalami gangguan pembekuan darah. Kelainan itu mungkin bawaan atau mungkin juga dapatan. Misalnya, bayi tak mendapat vitamin K saat lahir. Hartoyo mengatakan, vitamin K berguna untuk pembekuan darah. "Jika kekurangan vitamin K, darah tak bisa membeku. Akibatnya, mudah sekali pendarahan," imbuhnya.
Bayi prematur, lanjut Hartoyo, juga rentan mengalami SBS. Selain kadar vitamin K-nya belum tercukupi, pembuluh darahnya tipis sehingga mudah robek.
Bayi penderita atrio vena malformation -pemuluh darah melengkung- juga rentan mengalami SBS. "Bila ada perubahan tekanan mendadak, pembuluh darah jadi robek dan bayi mengalami pendarahan hebat," tuturnya.
Bila bayi memperlihatkan gejala-gejala seperti disebut di atas, orang tua dianjurkan segera membawa si kecil ke RS terdekat. Dalam perjalanan ke RS, amankan posisi kepala dan tulang leher bayi. Dengan begitu, bayi tak akan terlalu banyak bergerak. Itu akan mencegah kemungkinan cedera bertambah berat.
If you like this post, please share it!
Digg it StumbleUpon del.icio.us Google Yahoo! reddit

No Response to "STOP LEMPAR BAYI KE UDARA: Barisiko Cedera Saraf Hingga Pendarahan Otak"

Kommentar veröffentlichen